Mamuju, SANDEQ.CO.ID – Berbeda dari sebelumnya, semarak milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah kali ini penuh dengan wejangan literasi media. Tak mau kalah, kader terbaik IMM Sulbar juga turut andil dalam menorehkan titahnya dalam bentuk tulisan.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk penyesuaian era digital saat ini yang hampir semua terakses melalui internet. Berikut titah kader terbaik yang disumbangkan kepada kaum muda, mahasiswa dan kader IMM tentunya yang menjadi refleksi gerakan momentum milad 58 tahun.
Repleksi Milad IMM yang ke–58
IMMawan Mursalim (Sekretaris Umum DPD IMM Sulbar)
Momentum Milad IMM yang ke 58 dengan mengusung tema “Menguatkan kemandirian”. Ini menjadi tema sentral bahwa kemandirian itu penting dalam gerakan dakwah di kalangan kaum intelektual muda muhammadiyah sebagaimana yang di jelaskan dalam Q.s An- Najm: 38, 39 dan 40.
Ayat ini memberikan penjelasan kepada setiap orang bahwa manusia hanya akan memperoleh apa yang telah di usahakan. Melalui Momentum ini saya ingin memberikan sedikit kicauan kepada teman- teman yang selama ini sudah memberikan yang terbaik kepada Ikatan ini yang mungkin kecewa atau justru mundur karena kondisi yang memaksanya untuk berhenti.
Semua orang diberikan kesempatan yang sama untuk lebih baik, entah itu malalui pergaulan, pekerjaan atau justru kebaikan yang dia dapatkan melalui organisasi atau perkumpulan. Begitu juga halnya dalam dalam organisasi IMM, tujuan akhir dari sebuah organisasi adalah membawa anggota – anggota nya sampai kepada kebaikan itu sendiri, terlepas dari dinamika yang ada didalamnya apapun itu semua penggerak organisasi adalah manusia biasa, tapi alasan kodrat ini bukan menjadi acuan untuk selalu salah dalam menentukan arah gerakan.
Kekecewaan dan cacian justru datang kepada orang yang mau berbuat lebih untuk IMM, begitulah adanya lalu timbullah kekecewaan sebab kontribusi kita tidak di hargai atau di apresiasi.
Apakah kita ingat tentang kisah Nabi Sulaiman kepada Ratu Balqis, seketika sang Ratu Balqis mengetahui kehebatan seorang Nabi Sulaiman dengan kekayaan dan kebesaran kerajaannya lantas dia mengakui nabi sebagai sesuatu yang paling hebat sendiri? Tidak !! Justru seorang ratu hanya bersujud dan mempertanyakan siapa Tuhan Nabi Sulaiman yang memberikan semua ini dia ingin menyembahnya dan mengimaninya.
Seorang Nabi Sulaiman tidak mengharapkan sedikitpun pengakuan dari seorang ratu, dia tidak ingin ada tepuk tangan diantara manusia atas kebaikan dan kehebatannya. Yang dia inginkan adalah seorang yang melihat karyanya mengakui dengan cara menyembah Allah dan mengakui bahwa Tuhan Nabi sulaiman adalah Allah yang memberikan semua ini.
Begitulah seharusnya kita ber- IMM, IMM hanya mengantarkan kita kepada kebaikan. Itu saja, dan mengenalkan kita jauh lebih dekat kepada Allah SWT sehingga apapun hasil kontribusi kita terhadap gerakan ini limpahkan semua kepada Allah dengan begitu tugas kita hanya berusaha menjadi baik dan membuat karya terbaik di IMM biarkan Allah yang menilai seperti Nabi Sulaiman sebab tepuk tangan dari manusia terlalu murah untuk harga sebuah ke ikhlasan dalam gerakan.
Ini menjadi nilai tersendiri bagi para penggerak IMM bukan hanya berdampak pada perilaku seorang kader yang lebih baik tapi sikap seperti ini menunjukan bahwa gerakan IMM haruslah didasari pada spirit transendensi demi menambah ke-Ikhlasan kita terhadap nilai-nilai perjuangan seperti yang di contohkan oleh Rasulullah sebagai manusia yang paling paripurna yang di mandat langsung oleh Allah sebagai Instruktur Ummat masa depan. Seorang Nabi yang bukan saja menjadi contoh dalam konteks Ahlak tetapi menjadi poros fikiran dalam menyelesaikan problematika ke ummatan
Ide dan gagasannya sangat solutif dan hebatnya ide-ide nya bukan hanya berlaku pada zaman itu saja tapi setiap mimbar di era modern menjadi landasan bersamaan dengan ayat – ayat Tuhan yang di sampaikan oleh para penceramah dalam memulai solusi segala bentuk problem, kita tidak pernah melihatnya apalagi menyentuhnya tetapi kerinduan terhadapnya sangat mendalam rasanya tidak ada satupun manusia yang tidak menjatuhkan air matanya ketika membayangkan bertemu dengan dirinya.
Rasulullah Saw. cukup banyak memberikan pelajaran ke Ikhlasan kepada kita yang mengaku kader IMM. Saya teringat ketika Kaum Muslimin memenangkan sebuah peperangan lalu mendapatkan harta rampasan yang cukup banyak lalu Muhammad Saw. memberikan harta rampasan itu kepada orang-orang mekkah yang dulu mengusirnya. Sementara kaum ansor yang sejak perjuangan Rasulullah sudah mendukungnya baik secara moral dan moril lalu kaum ansor menyampaikan keberatannya kepada Rasulullah atas perlakukan yang menurutnya tidak adil kemudian Rasulullah mengatakan bahwa harta rampasan ini tidak cukup untuk menggantikan ke Ikhalasanmu dalam perjuanganku biarkan Allah yang menggantikan semua perjunganmu harta tidak sepadan dengan pemberianmu untuk menegakkan Agama Allah dan harta rampasan ini tidak sepadan dengan apa yang telah kaum Ansor berikan.
Begitulah Rasulullah Saw. mengajarkan rasa ke ikhlasan kepada ummatnya bahwa tidak semua pengorbanan yang besar harus di bayar dengan materil, tetapi adakalanya pengorbanan tidak dapat di hargai dengan apapun termasuk materi seperti harta rampasan.
Kader IMM haruslah mempunyai jiwa seperti apa yang di contohkan Rasulullah Saw. Muhammad Saw. memang Nabi tapi bukankah Allah sengaja menurunkan seorang muhammad sebagai manusia biasa pada mulanya lalu diberikan wahyu kepadanya di umur empat puluh tahun?, artinya bahwa pendidikan moralitas di tanamkan sejak dia beranjak dewasa sehingga sikap nya setelah menjadi nabi. itu beliau dapatkan dari kebiasaannya sebelum menjadi Nabi! Allah sengaja menurunkan seorang Muhammad sebagai contoh agar tidak ada alasan untuk menolaknya atau tidak mengikutinya.
Jika kita maju kedepan sosok KH. Ahmad Dahlan menjadi contoh yang dekat dengan kita yang lahir di era milenial, dia bukan nabi dia hanya seorang anak muda yang resah terhadap keadaan ummat dan negaranya pada saat itu karena penindasan sistem oleh Belanda sehingga beberapa tokoh sangat terbatas dalam bergerak tapi tidak dengan seorang Ahmad Dahlan. Dengan semangat pembebasan yang dia miliki, KH. Ahmad Dahlan pun menggagas sebuah perkumpulan yang bertujuan untuk mengakomodir ummat seperti yang kita liat saat ini.
Keberhasilan Muhammadiyah sebagai organisasi yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) sangat didasari seberapa besar perjuangan dan ke-ikhlasan penggagasnya dalam mendirikan Muhammadiyah.
Menjual perabotan yang ada dirumahnya, penolakan saat mengadakan aktivitas keagamaan serta tuduhan sebagai Kyai Kafir pun melekat pada dirinya atas tuduhan masyarakat yang jumud pada saat itu. Sehingga apa yang di lakukan oleh KH. Ahmad Dahlan ini seperti kisah cerita diatas tentang harta rampasan, bahwa ke-Ikhlasan dan perjuangan itu tidak bisa di hargai dengan apapun termasuk perjuangan pada saat mendirikan Muhammadiyah.
Cukup jelaslah apa yang di sampaikan dari dua tokoh diatas, kita tidak membandingkan tetapi kita bisa melihat bagaimana ke-ikhlasan serta perjuangan menegakkan agama Allah.
Tokoh- tokoh dalam sejarah sebagai pejuang agama, mereka melakukan bukan untuk pencapaian pribadi melainkan untuk orang lain dan generasi setelahnya. Ternyata mereka ingin mengatakan kepada kita hari ini kaum milenial bahwa ber–IMM bukan tentang pencapaian pribadi tapi tentang bagaimana kita memperjuangkan Agama Allah ini sampai kepada generasi kita.
Marilah merenung sejenak serta berfikir apa yang sudah kita berikan kepada agama ini, Jika belum maksimal maka bukan alasan untuk tidak memulai kembali selama kita bisa dan masih punya kesempatan maka lakukanlah sebab melakukan kebaikan dalam agama tidak punya batas sekalipun itu dilakukan pada hari tua.
Pengorbanan serta perjuangan akan senantiasa menyatu dalam mimbar perjuangan di IMM dua pilar utama ini skaligus merepresentatifkan gerakan intelektual kader Muhammadiyah. Maka syarat menjadi seorang Intelektual adalah kecerdasan dilandasi dengan ke-ikhlasan dalam berjuang.
Semangat Juang Untuk Ikatan
IMMawati Rezki Wardani (Ketua Bidang Organisasi PC. IMM Mamuju)
Sudah 58 Tahun dari 14 Maret 1964 sampai hari ini 14 Maret 2022. Organisasi yang saya masuki pada tahun 2017 tidak mengetahui apapun tentangnya adalah Organisasi yang telah mendeklarasikan diri sebagai gerakan intelektual, Humanitas, dan religiusitas ini telah berumur 58 tahun.
Usia yang dapat dikatakan cukup dewasa dan cukup matang dalam mengolah gagasan dan gerakan.
Milad IMM kali ini perlu dijadikan refleksi dan evaluasi besar-besaran IMM dalam meneguhkan, merekonstruksi lalu membangun peradaban bangsa yang lebih terlihat untuk bangsa dan negara.
Dengan melahirkan pemikiran dari tuntutan realitas dan gagasan yang membumi, bukan gagasan yang hanya timbul dari ruang kosong. Maka, buah pemikiran tersebut adalah gagasan yang rasional dan realistik, bukan pandangan spekulatif. Hal ini dapat dilihat dari karya nyata IMM yang menjawab realitas zaman dan menjadi syiar dalam mencapai tujuan Muhammadiyah.
Yang kemudian menjadi pertanyaan fundamentalis adalah sudah sampai dimana kita?, Apa yang sudah kita lakukan selama ber IMM?, Seperti firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 9 “dan janganlah kamu meninggalkan generasi yang lemah” jelas bahwa ayat ini menegaskan hendaknya kita memperhatikan masa depan kader terutama dalam konteks intelektual, religius dan aspek humanitasnya. Tentu ini bagian dari masa depan IMM yang menjatuhkan estafet kepemimpinan dari generasi ke generasi selanjutnya.
Kalau kita melihat karya nyata IMM sampai hari ini. Sudah banyak gerakan literasi dalam bentuk buku cetak, melalui media serta berbagai kajian-kajian yang dibuat, kegiatan yang dibingkai sesuai kebutuhan kader, terlebih pada kaderisasi yang tidak pernah putus. Ini adalah bagian dari IMM yang tidak lepas dari tujuan IMM itu sendiri. Yakni membentuk akademisi Islam dan syiar untuk mencapai tujuan Muhammadiyah.
Berbicara tentang akademisi, kita sebagai kader merupakan aktivis yang tentunya memiliki semangat dalam menjalankan aktivitas akademis dan menjalankan gerakan aktivisme yang dapat menjadi konseptor dan eksekutor pada rana pergerakan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Bukan hanya Immawan, bukan hanya Immawati, bahkan yang memikul amanat sebagai pimpinan hari ini. Namun kita semua Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah wajib berkontribusi secara nyata. Bagaimanapun IMM tidak akan lengkap jika kita ada dan banyak namun nihil dalam gerakan. Itulah gerakan Intelektualitas, Religiusitas dan Humanitas yang selalu kita gaungkan untuk mencetak cendekiawan berkepribadian, berakhlak mulia dan memiliki nilai sosial yang tinggi.
Sudah 58 Tahun IMM membumikan gerakan yang tentunya akan banyak harapan dari kita sebagai kader yang memiliki jiwa nasionalisme dan kecintaan kita terhadap ikatan ini. Teringat sebuah pernyataan Kakanda ketika bertugas bersama dalam sebuah perkaderan beliau menuturkan ” Jika ada satu hal yang kita dapatkan di IMM yang menyesatkan dan menjerumuskan kekafiran, maka simpankan satu tempat untuk saya di Neraka”. Artinya bahwa IMM bukanlah tempat orang yang suci, IMM adalah tempat sosok yang masih kotor dilumuri lumpur yang kemudian ingin menjadikan dirinya menjadi satu tubuh yang bersih dan indah dengan balutan ilmu dan implementasi dari sebuah proses yang dijalani.
Seperti kata bijak oleh Ali bin Abi Thalib “barang siapa yang menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menginginkan akhirat harus dengan ilmu dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka harus dengan ilmu pula”. Jadi, gerakan literasi, melek media, upgrade wawasan dan kompetensi serta strategi kaderisasi adalah upaya membangun stimulus dan memperkokoh pijakan semangat juang kader kita di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Melalui tulisan ini saya ingin berpesan terkhusus untuk kawan seperjuangan di IMM Kabupaten Mamuju bahwa sebagai kader, satu kali melakukan kesalahan itu hal wajar karena masih ada kesempatan untuk memperbaiki selanjutnya. Jangan pernah merasa sempit dalam pergerakan, karena sejatinya pejuang itu yang paling lihai dan memiliki skill yang mumpuni. Beriringanlah selalu dalam Berfastabiqul Khairat. Yakinkan diri bahwa selalu ada fungsi-fungsi ke-Tuhan-an dalam diri setiap insan. Tanpa mencari kebenaran, sebenarnya hari ini kita sudah menggenggam kebenaran itu.
Jika hari ini kita terpaku melawan hambatan,
lalu tertatih menepis keraguan, hanya ada dua pilihan yaitu ada masa depan yang menjanjikan atau kita yang akan hilang di hempas gelombang keletihan. Jangan pernah menyerah, jadilah IMM Kaffah.
Selamat Milad Ikatanku.
Jaya selalu, Abadi Perjuangan.