SANDEQ.CO.ID, Polman – Ada Pepatah kuno yang mengatakan :
“Jangan berikan ikan, tetapi berikanlah kailnya“
Pepatah ini memiliki makna mendalam yang tetap relevan hingga saat ini. Pesan ini mengajarkan bahwa bantuan yang diberikan haruslah bersifat memberdayakan, bukan sekadar memenuhi kebutuhan sesaat. Dalam konteks sekarang, terutama dengan banyaknya bantuan sosial yang dikucurkan oleh pemerintah, seringkali kita menemukan kasus di mana bantuan tersebut tidak tepat guna atau bahkan tidak tepat sasaran.
Pepatah ini sejalan dengan ajaran Rasulullah SAW. Dikisahkan, suatu ketika seorang pengemis dari golongan Anshar datang meminta sedekah kepada Rasulullah SAW. Namun, alih-alih langsung memberikan bantuan, Rasulullah SAW mengajak pengemis tersebut berdialog.
“Adakah sesuatu yang engkau miliki di rumahmu?” tanya Rasulullah SAW.
Pengemis itu menjawab bahwa ia hanya memiliki selembar pakaian dan sebuah canteng (mangkuk untuk minum). Rasulullah SAW pun memintanya membawa kedua barang tersebut. Kemudian, beliau melelangnya di hadapan para sahabat. Salah seorang sahabat menawar seharga 1 Dirham, namun Rasulullah SAW menunggu tawaran yang lebih tinggi hingga akhirnya barang tersebut terjual seharga 2 Dirham.
Dengan uang tersebut, Rasulullah SAW memberi arahan kepada pengemis itu :
- 1 Dirham untuk membeli makanan bagi keluarganya.
- 1 Dirham untuk membeli kapak sebagai modal bekerja.
Pengemis itu pun mengikuti arahan Rasulullah SAW dan mulai bekerja mengumpulkan kayu bakar untuk dijual. Dua pekan kemudian, ia kembali menemui Rasulullah SAW dengan kabar gembira bahwa ia telah berhasil mengumpulkan 10 Dirham dari hasil usahanya. Rasulullah SAW pun tersenyum dan berkata :
“Itu lebih baik bagimu daripada meminta-minta.”
Kisah ini menunjukkan bagaimana Rasulullah SAW tidak hanya memberikan bantuan, tetapi juga membuka peluang bagi orang lain untuk mandiri. Beliau melihat potensi pengemis tersebut sebagai seorang laki-laki yang masih kuat bekerja serta memahami kebutuhan pasar di Madinah akan kayu bakar.
Relevansi dalam Konteks Saat Ini
Prinsip yang diajarkan Rasulullah SAW dalam kisah ini sangat relevan dalam strategi pengentasan kemiskinan. Bantuan yang diberikan kepada masyarakat harus lebih berorientasi pada pemberdayaan, bukan sekadar bantuan konsumtif. Pemerintah dan berbagai pihak terkait perlu fokus padan:
- Memberikan alat produksi – Seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW dengan memberikan kapak, pemerintah sebaiknya menyalurkan alat kerja atau modal usaha yang dapat digunakan secara berkelanjutan.
- Pelatihan keterampilan – Bantuan harus dibarengi dengan program pelatihan agar penerima manfaat bisa mengembangkan potensi dan keterampilannya.
- Menciptakan ekosistem ekonomi yang mendukung – Dengan membuka peluang usaha dan memberikan akses pasar, masyarakat dapat lebih mudah mengembangkan usaha mereka sendiri.
Nilai-nilai ini selaras dengan falsafah bangsa dalam Pancasila, khususnya sila ke-5 : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Jika kebijakan sosial lebih diarahkan pada pemberdayaan, maka pengentasan kemiskinan dapat terealisasi dengan lebih efektif.
Saat Ramadan ini, semangat berbagi hendaknya juga mengacu pada prinsip tersebut. Memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan tentu baik, namun akan lebih bermanfaat jika bantuan tersebut dapat mengubah hidup seseorang menjadi lebih mandiri dan berdaya.
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kisah Rasulullah SAW dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ramadan bukan hanya tentang berbagi, tetapi juga tentang m enciptakan kebaikan yang berkelanjutan.
*Kepala Dinas Kominfo SP Polewali Mandar dan Pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Polewali Mandar