SANDEQ.CO.ID, Polman – Di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, marilah kita renungkan sebuah kisah inspiratif tentang seorang pemuda bernama Tsabit Rahimakumullah, yang hidup di Kufah, Iraq. Kisahnya mengajarkan betapa pentingnya kejujuran, amanah, dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Suatu hari, saat berjalan di jalanan kota Kufah, Tsabit menemukan sebuah apel jatuh ke jalan. Tanpa berpikir panjang, ia mengambilnya dan mulai memakannya. Namun, di tengah gigitan, ia mulai meragukan kehalalan apel tersebut. Ia pun segera berhenti, memuntahkan yang tersisa di mulutnya, dan bertekad mencari pemilik apel itu untuk meminta izin.
Setelah bertanya, ia menemukan seorang kakek tua, penjaga kebun apel tersebut. Namun, kakek itu menjelaskan bahwa ia bukan pemiliknya, melainkan hanya penjaga kebun. Sang pemilik kebun tinggal jauh di luar kota, sekitar satu hari perjalanan dengan berjalan kaki.

Demi kehalalan, Tsabit menempuh perjalanan panjang
Tanpa ragu, Tsabit memutuskan untuk berjalan sehari semalam demi bertemu dengan pemilik kebun dan meminta kehalalan atas apel yang telah ia makan. Sesampainya di rumah pemilik kebun, ia menceritakan semuanya dengan jujur.
Sang pemilik kebun, terkesan dengan kejujuran dan ketakwaannya, bersedia menghalalkan apel tersebut dengan satu syarat: Tsabit harus menikahi putrinya.
Namun, ada satu hal yang mengejutkan Tsabit. Pemilik kebun menjelaskan bahwa putrinya adalah wanita yang buta, tuli, bisu, dan lumpuh.
Pernikahan yang Mengubah Takdir
Demi mendapatkan kehalalan dari apel yang telah ia makan, Tsabit menerima syarat tersebut dan menikahi wanita itu. Namun, betapa terkejutnya ia ketika melihat istrinya adalah wanita yang sangat cantik, shalihah, dan hafidzah Al-Qur’an.
Ayah mertuanya kemudian menjelaskan :
- Putrinya buta karena tidak pernah melihat sesuatu yang diharamkan oleh Allah.
- Tuli karena tidak pernah mendengar sesuatu yang tidak baik.
- Bisu karena tidak pernah berkata yang tidak baik.
- Lumpuh karena tidak pernah melangkahkan kaki ke tempat maksiat.
Dari pernikahan ini, lahirlah seorang anak yang kelak menjadi ulama besar, Nu’man bin Tsabit, atau yang lebih dikenal nama Imam Abu Hanifah, pendiri Mazhab Hanafi.
Hikmah dari Kisah Ini
Kisah ini mengajarkan kita beberapa pelajaran berharga :
- Kejujuran dan amanah adalah prinsip utama dalam hidup seorang Muslim.
- Kehalalan dalam makanan dan perbuatan sangat penting bagi keberkahan hidup.
- Ketakwaan kepada Allah SWT akan selalu membawa kebaikan yang tak terduga.
- Kesabaran dan keyakinan akan selalu dibalas dengan ganjaran terbaik oleh Allah SWT.
Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua di bulan Ramadan ini untuk selalu menjaga kejujuran, amanah, dan keikhlasan dalam s etiap langkah kehidupan kita. Aamiin..
*Kadis Kominfo SP Polewali Mandar & Pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Polewali Mandar
Editor : Admin