SANDEQ.CO.ID, Polman – Ramadhan bukan hanya tentang meningkatkan ibadah individu, tetapi juga momen untuk merefleksikan hubungan sosial kita dengan sesama. Kisah Abu bin Hasyim, seorang ahli ibadah yang tak pernah meninggalkan shalat tahajjud selama 20 tahun, memberikan pelajaran berharga bahwa ibadah kepada Allah harus selaras dengan kepedulian terhadap sesama.
Pertemuan dengan Malaikat
Suatu malam, saat hendak berwudhu untuk shalat tahajjud, Abu bin Hasyim dikejutkan oleh kehadiran sosok misterius yang duduk di hadapannya. Setelah bertanya, sosok itu mengaku sebagai malaikat utusan Allah.
Malaikat tersebut membawa sebuah kitab besar yang mencatat nama-nama kekasih Allah. Dengan penuh keyakinan, Abu bin Hasyim bertanya apakah namanya tercantum dalam kitab itu. Namun, setelah malaikat membuka dan menelusuri seluruh daftar, namanya tidak ditemukan.
Kesadaran yang Menyentak
Terkejut dan gemetar, Abu bin Hasyim bertanya mengapa dirinya tidak termasuk dalam golongan kekasih Allah, padahal ia begitu rajin beribadah. Malaikat pun menjawab,
“Anda memang ahli ibadah, tetapi Anda hanya memikirkan diri sendiri. Ada tetangga yang kelaparan, ada orang sakit yang membutuhkan bantuan, namun Anda tidak peduli. Bagaimana bisa Anda menjadi kekasih Allah jika tidak mencintai sesama makhluk-Nya?”
Jawaban ini menyadarkan Abu bin Hasyim bahwa ibadah vertikal kepada Allah harus sejalan dengan kepedulian horizontal kepada sesama manusia.
Pelajaran Berharga
Kisah ini menjadi pengingat bagi kita di bulan Ramadhan, bahwa ibadah bukan sekadar ritual pribadi, tetapi harus berdampak pada lingkungan sekitar. Keutamaan shalat tahajjud luar biasa, tetapi tidak boleh membuat kita lalai terhadap hak-hak sesama.
Ramadhan mengajarkan keseimbangan antara habluminallah (hubungan dengan Allah) dan habluminannas (hubungan dengan manusia). Semoga kita dapat mengamalkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari.
Disadur dari berbagai sumber
*Kadis Kominfo SP Polewali Mandar dan Pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Polewali Mandar
Editor : Admin