DIGITALISASI BAHASA MANDAR : Strategi Mempertahankan Bahasa Mandar dari Kepunahan di Era Digital

Oleh : DR. Aco Musaddad HM.*

SANDEQ.CO.ID, Polman -– Bahasa daerah merupakan salah satu pilar penting dalam menjaga keutuhan dan kekayaan budaya Indonesia. Namun, tanpa upaya pelestarian yang serius, banyak bahasa daerah terancam punah, termasuk Bahasa Mandar di Sulawesi Barat. Berdasarkan kajian vitalitas bahasa oleh Badan Bahasa Kemendikbud (2011–2019), Bahasa Mandar masuk dalam kategori “rentan”, dengan penutur yang semakin berkurang dari generasi ke generasi.

Vitalitas Bahasa Daerah

Bahasa daerah sejak awal merupakan salah satu pilar penopang kekokohan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun akan kontradiktif apabila bahasa daerah tidak dilakukan pengembangan dan perlindungan oleh semua pihak, dan termasuk pemerintah melalui kebijakan yang mendukung penggunaan bahasa daerah sejak dini.

Ada enam (6) tolak ukur yang dapat dilakukan untuk mendeteksi status bahasa daerah tersebut yaitu :

  • Pertama : Bahasa Daerah yang aman, yaitu, Bahasa daerah masih digunakan oleh semua anak dan semua orang dalam etnik itu. Terdapat 21 Bahasa Daerah yang aman diantaranya, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bugis, Makassar, Aceh, Melayu dst.
  • Kedua : Bahasa daerah yang rentan. adalah semua anak-anak dan generasi tua masih menggunakan bahasa daerahnya tapi jumlah penuturnya sedikit. Terdapat 24 bahasa daerah yang rentan diantaranya, Bahasa Mandar Sulawesi Barat, Bahasa Gayo Aceh, Bahaha Oirata Maluku, Bahasa Minahasa Sulawesi Utara. Bahasa Mansim Borai Papua Barat, dst.
  • Ketiga : Bahasa daerah yang mengalami kemunduran yaitu, sebagian penutur, baik anak-anak, remaja, maupun generasi tua tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya. Terdapat 12 bahasa daerah yang mengalami kemunduran yaitu, Bahasa Enggano Bengkulu, Bahasa Yalahatan Maluku, Bahasa Ogan dialek Rawas Sumatera Selatan dst.
  • Keempat : Terancam Punah adalah. Bahasa daerah yang mayoritas penutur berusia 20 tahun ke atas dan generasi tua tidak berbicara kepada anak-anak atau diantara mereka sendiri dengan bahasa daerah. Terdapat 24 bahasa daerah yang terancam punah, diantaranya adalah, Bahasa Konjo Sulawesi Selatan, Bahasa Usku Papua, Bahasa Tunjung Kalimantan Timur, Bahasa Adang Nusa Tenggara Timur dst.
  • Kelima : Bahasa daerah yang kritis yaitu penuturannya hanya kelompok masyarakat yang berusia 40 tahun ke atas dan jumlahnya sangat sedikit. Terdapat 5 bahasa daerah yang kritis yaitu : Bahasa Retta NTT, Bahasa Saponi Papua, Bahasa Ibo Maluku, Bahasa Meher Maluku Tenggara Barat dan Bahasa Letti Maluku.
  • Keenam : Bahasa daerah yang punah yaitu bahasa daerah yang tidak ada lagi penuturannya. Terdapat 8 bahasa daerah yang punah yaitu, 2 (dua) dari Papua, Bahasa Tandia Papua Barat dan Bahasa Mawes Papua, kemudian 6 (enam) dari Maluku yaitu Bahasa Kaiely, Piru, Moksela, Palumata, Hukumina dan Bahasa Hoti.(sumber : Badan Bahasa melalui KKLP Kajian Vitalitas Bahasa 2011-2019). Dari 718 bahasa daerah di Indonesia, baru 94 bahasa daerah atau sekitar 10 persen yang dikaji vitalitas bahasanya.

Bahasa Mandar di Ambang Kepunahan

Data menunjukkan bahwa dari 718 bahasa daerah di Indonesia, 94 bahasa telah dikaji status vitalitasnya. Bahasa Mandar termasuk dalam kelompok rentan, di mana penuturnya didominasi oleh generasi tua, sementara generasi muda mulai meninggalkannya. Faktor penyebabnya meliputi :

  1. Dominasi budaya dan bahasa lain (seperti Indonesia dan bahasa populer global).
  2. Kurangnya kebijakan pemerintah yang mendukung penggunaan bahasa daerah.
  3. Stigmatisasi bahwa bahasa daerah dianggap “tidak modern” atau kurang berguna.

Jika tidak ada intervensi serius, Bahasa Mandar berpotensi masuk kategori “terancam punah” dalam beberapa dekade mendatang.

Digitalisasi sebagai Solusi Pelestarian

Di era teknologi digital, peluang untuk mempertahankan Bahasa Mandar semakin terbuka. Beberapa strategi yang dapat dilakukan meliputi :

  1. Pengembangan Aplikasi Bahasa Mandar – Memudahkan pembelajaran melalui platform digital.
  2. Konten Media Sosial & Digital – Memanfaatkan TikTok, YouTube, dan Instagram untuk menyebarkan kosakata dan budaya Mandar.
  3. Kamus Digital Bahasa Mandar – Memperkaya referensi bahasa secara online.
  4. Penerjemahan ke Bahasa Lain – Memperluas jangkauan pemahaman bagi non-penutur.

Manfaat & Tantangan Digitalisasi

Manfaat :

  • Meningkatkan aksesibilitas bagi generasi muda.
  • Memperkuat identitas budaya Mandar.
  • Memperluas dokumentasi bahasa untuk kepentingan akademik.

Tantangan :

  • Keterbatasan data dan SDM ahli bahasa.
  • Persaingan dengan bahasa daerah lain.
  • Perkembangan teknologi yang cepat membutuhkan adaptasi terus-menerus.

Gerakan Bersama untuk Selamatkan Bahasa Mandar

DR. Aco Musaddad HM. menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, komunitas, dan masyarakat. Langkah konkret yang bisa dilakukan :

  • Kebijakan Daerah – Mendukung penggunaan Bahasa Mandar di sekolah, kantor, dan acara resmi.
  • Gerakan Berbahasa Mandar – Kampanye penggunaan bahasa ini dalam kehidupan sehari-hari.
  • Pelibatan Generasi Muda – Melalui konten kreatif dan media digital.

“Digitalisasi Bahasa Mandar bukan sekadar transformasi teknologi, tapi upaya menyelamatkan warisan leluhur dari kepunahan,” tegas Aco Musaddad.

Dengan langkah strategis ini, diharapkan Bahasa Mandar tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di tengah gempuran globalisasi. (*)

#LestarikanBahasaMandar #DigitalisasiBudaya #SulbarBangkit

*Kadis Kominfo SP Polewali Mandar 

Editor : Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *