“Harusnya konsep malaqbiq masuk dalam kurikulum sekolah. Mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini hingga ke Perguruan Tinggi sehingga Malaqbiq ini bisa menjadi nilai.” kata Muhammad Zain, Kamis, [18/12/2020] di Jakarta.
Polman – Menjelang akhir tahun 2020, Yayasan Bina Insan Cendekia Polewali Mandar kembali menggelar Dialog ke-5 dengan tema “Apakah kita sudah Malaqbiq”, Kamis, [18/12/2020].
Kegiatan yang digelar di Warkop De Coffee Coustic Manding ini menghadirkan DR. Muhammad Zain, Direktur Guru dan Tenaga Madrasah Kementerian Agama RI sebagai salah satu narasumber melalui zoom.

Dalam penjelasannya, pria kelahiran kampuno Desa Tumpiling ini mengatakan bahwa harusnya Malaqbiq masuk dalam kurikulum sekolah. Bahkan ia mengharapkan kurikulum malaqbiq ini dimulai dari jenjang PAUD hingga ke Perguruan Tinggi.
“Harusnya konsep malaqbiq masuk dalam kurikulum sekolah. Mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini hingga ke Perguruan Tinggi sehingga Malaqbiq ini bisa menjadi nilai.” kata Muhammad Zain.
“tentu yang berikan adalah dalam bentuk modul sehingga mudah dicerna.”
Dia juga mencontohkan, nilai-nilai dari daerah lain seperti Sulawesi Selatan memiliki nilai budaya “SIRI NA PACCE”, Wajo dengan konsep “MARADEKA TO WAJO” dan Sulawesi Barat dengan Konsep “MALAQBIQ”.
“kalau Sulawesi Selatan punya konsep SIRI NA PACCE, Wajo dengan konsep MARADEKA TO WAJO dan harusnya Sulawesi Barat dengan Konsep MALAQBIQ.”
Di akhir tanggapannya, ia menyampaikan bahwa tahun 2020 Kementerian Agama RI sudah mencetak Al-Qur’an dalam bahasa Mandar.
“Alhamdulillah, tahun 2020 ini kementerian Agama sudah mencetak Al-Qur’an dalam bahasa Arab. Tentu ini salah satu upaya untuk memperkenalkan local wisdom Mandar ke dunia lebih luas.” tutupnya.
Dialog Akhir tahun ini juga menghadirkan beberapa narasumber lain di antaranya DR. Sri Musdikawati, M.Si, Ir. Fariduddin Wahid, M.Si, Anggota DPRD Polman Fraksi Golkar.

Peserta dialog terdiri dari beberapa unsur OKP dan Ormas, Pemuda Muhammadiyah, HMI, PMII, Komunitas Ngopi Keliling, dan beberapa komunitas lain.