“Kita mengundang warga Indonesia untuk hadir, tapi mengundangnya dengan was-was, ada dua mingguan permohonan kami meminjam ruangan kampus untuk acara tidak jelas nasibnya.” Tutur I Gusti Ngurah Edi Putra, Wakil ketua PPIA UoW.
Internasional – Delapan bulan terakhir, kampus-kampus di Australia, termasuk the University of Wollongong, New South Wales (NSW), Australia, beralih ke pembelajaran daring. Praktis, tiap harinya kampus nyaris kosong. November ini, pemerintah membolehkan maksimum 30 orang pada kegiatan indoor. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia di Wollongong (PPIA UoW) untuk mengadakan silaturahmi pelajar, diaspora Indonesia, dan perwakilan pemerintah RI, dirangkaikan dengan kegiatan Diseminasi dan Pendampingan Lapor Diri KJRI Sydney.
Meski sudah dibolehkan berkumpul in-door, mengadakan kegiatan di tengah ketatnya aturan di negeri kanguru ini ternyata rumit.
“Kita mengundang warga Indonesia untuk hadir, tapi mengundangnya dengan was-was, ada dua mingguan permohonan kami meminjam ruangan kampus untuk acara tidak jelas nasibnya.” Tutur I Gusti Ngurah Edi Putra, Wakil ketua PPIA UoW.
Tiga hari sebelum acara, panitia diminta mengajukan permohonan resmi kepada pemerintah dengan mengisi form Covid-19 Safety Plan. Puluhan pertanyaan harus dijawab terkait Covid-19, termasuk aturan antrian pengunjung, jarak kursi dalam ruangan, hand sanitizer, sampai cara penyajian makanan.
“Biasanya kita sediakan makanan khas Indonesia. Semua suka yang berkuah, soto ayam, bakso, coto Makassar. Disajikan ala buffet. Tapi itu dilarang keras kali ini.” Keluh Gusti Rosvia Wardhani, ibu 2 putri yang menjabat ketua Divisi Sosial. “Semua harus dalam kemasan, kita putuskan buat nasi kotak dengan kuah minimal.” sambungnya.
Lain peliknya urusan ruangan dan konsumsi, lain pula mengatur pembatasan pengunjung. Apalagi kegiatan silaturahmi di rantau selalu dinanti. Setiap orang tak mungkin datang sendiri, tapi dengan keluarga.
“Kita antisipasi dengan siapkan panitia khusus agar anak-anak bisa bermain di Outdoor. Jadi kegiatan indoor tetap 30 orang.” Terang pengurus lainnya, Saeful Akhmad Tauladani.
“Kita juga siapkan menu khusus untuk anak-anak, biar ngga kepedasan.” Jelas Ni Putu Intan Maharani, yang didapuk menangani pengemasan makanan.
Walhasil, dengan upaya yang bersungguh-sungguh, acara disambut antusias oleh warga Indonesia di Wollongong. Turut hadir menyapa warga, Konsul Jenderal RI Sydney, Heru Hartanto Subolo beserta ibu Sinta Ekawati. Konjen menyampaikan rasa gembira terhadap kekompakan pelajar dan warga di Wollongong dan mengingatkan pentingnya melakukan lapor diri. Lapor diri, terang Konjen, memastikan warga terlayani hak-nya, termasuk hak politik sebagai pemilih.
Kegiatan juga diramaikan dengan penyerahan simbolis cenderahati berupa masker batik dan hand sanitizer dari KJRI Sydney kepada perwakilan warga, dosen senior asal Tapanuli Utara Sumatra Utara di University of Wollongong, Dr. Parulian Silaen. Dalam kesempatan yang sama, Nurhira Abdul Kadir, ketua PPIA UoW periode 2020-2021 menyampaikan selamat kepada seorang pelajar Indonesia yang tahun ini menyelesaikan studinya dalam bidang teknik, Sheflijane Toumahuw Quezon.
Dipandu oleh MC Charottama Oshmar, kolaborasi apik dari tiga mahasiswa Indonesia Lorica Belle Tapiheru, Christophorus Ivan Darmasaputra, dan Anton Ferdianto mengakhiri acara PPIA UoW, KJRI Sydney dan diaspora Indonesia di Wollongong.
Wassalam
Wollongong, 08 Nopember 2020
dr. Nurhira Abdul Kadir, MPH.
Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Ranting University of Wollongong periode 2020/2021.