Gelar Musyker I, FKPAI Polman Dorong Peningkatan Kualitas dan Profesional Penyuluh

Berita484 Dilihat

“kalau kandidat, semua bisa jadi kandidat tapi kita berharap ketua yang terpilih adalah yang memahami nuansa kepenyuluhan dan memahami kondisi para penyuluh sehingga bisa mengayomi forum yang terbentuk.” tutup,Drs. H. Muliadi,M.Pd, Kamis, [24/9/2020] saat ditemui di Rotan Polis Wonomulyo.

Polman – Forum Kerukunan Penyuluh Agama Islam [FKPAI] Kabupaten Polewali Mandar menyelenggarakan Musyawarah Kerja pertama, Kamis, [24/9/2020].

Kegiatan ini diselenggarakan di Gedung Rotan Polis Wonomulyo dengan menerapkan Protokol Kesehatan dan menghadirkan seluruh penyuluh agama non PNS Kabupaten Polewali Mandar yang jumlahnya 132 orang.

Dalam sambutannya, Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Kabupaten Polewali Mandar, M. Athar S. mengatakan, kegiatan ini telah lama direncanakan namun mengingat situasi pandemi COVID 19 sehingga kegiatan ini dapat terlaksana.

sudah dua bulan kita rencanakan namun karena waktu dan tempat sehingga hari ini baru dapat dilaksanakan.” ungkap Athar.

Dalam kegiatan ini, ada dua agenda yang akan dibahas yakni pembahasan AD/ ART dan Pemilihan Ketua FKPAI.

Musyawarah Kerja pertama ini InsyaaAllah akan membahas AD/ ART dan pemilihan ketua FKPAI Polman.” lanjutnya.

Di tempat yang sama, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Polewali Mandar, Drs. H. Muliadi, M.Pd mengungkapkan bahwa dirinya berharap dengan terpilihnya pengurus FKPAI Polewali Mandar bisa lebih meningkatkan kualitas SDM penyuluh dan Kualitas kurikulum penyuluhan.

kita berharap, kegiatan ini bisa meningkatkan kualitas SDM penyuluh dan kualitas kurikulum kepenyuluhan.“kata Muliadi.

Disinggung terkait kandidat yang ideal untuk menahkodai FKPAI Polman, H. Muliadi berharap ketua yang terpilih adalah yang memahami nuansa kepenyuluhan dan memahami kondisi para penyuluh sehingga bisa mengayomi forum yang terbentuk.

kalau kandidat, semua bisa jadi kandidat tapi kita berharap ketua yang terpilih adalah yang memahami nuansa kepenyuluhan dan memahami kondisi para penyuluh sehingga bisa mengayomi forum yang terbentuk.” tutup H. Muliadi. [am]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *